Men’s Perspective on (Wo)Men and Religion – Peneleh Research Institute

Men’s Perspective on (Wo)Men and Religion

Pada hari ini tanggal 7 Maret 2021, Dr. Shukri Hanapi (Universiti Sains Malaysia & Ambassador Peneleh untuk Malaysia) dan Syukri Rahmat S.Ag (Ketua MUI Kab. Sumbawa & Koordinator YPJO Sumbawa) mengisi hari kedua International Guest Lecture Series 3 on (Wo)Men and Religion. Acara ini diikuti oleh lebih dari 90 peserta baik melalui Zoom maupun Youtube Live.

Dr. Shukri Hanapi menjelaskan bagaimana terdapat suatu gerakan pemikiran tasawur feminisme liberal dan sekuler “muslim” dengan fleksibilitas interpretasi atas posisi muslimah. Pada pemikiran ekstrem, bahkan ada gerakan feminisme muslim yang menyebut bahwa hijab juga bagian dari opresi pada perempuan.

Dr. Shukri Hanapi meluruskan pandangan-pandangan liberal ini dengan mengukuhkan kemuliaan perempuan di mata Islam. Adalah kesalahan tafsir jika Islam dipandang sebagai penindas perempuan. Beliau juga menjelaskan konsep “qowmun“. Laki-laki ditetapkan sebagai pemimpin karena memang ia diberikan tanggung jawab tersebut, bukan karena lebih baik dari perempuan. Demikian pula perempuan diberi kemuliaan atasnya seperti diperbolehkannya perempuan masuk ke surga dari pintu mana yang ia sukai jika ia dapat menjaga kehormatan dirinya.

Bapak Syukri Rahmat memaparkan berbagai pandangan agama dan kebudayaan yang berbeda terhadap perempuan, misalnya Yunani, Hindu, dan Yahudi. Beliau menjelaskan bahwa Islam telah menempatkan perempuan dengan segala kemuliaan.

Perkembangan teknologi seharusnya tidak mengubah kewajiban perempuan maupun laki-laki. Misalnya, inseminasi buatan (bayi tabung) adalah tidak masalah asal pembuahan telur memang dari suami sah. Demikian pula, hak atas tubuh perempuan juga tidak boleh menembus batas. Aborsi tetap tidak diperkenankan dalam Islam.

Dr. Aji Dedi Mulawarman memberikan gambaran bahwa International Guest Lecture adalah upaya untuk memberikan wawasan pentingnya religiositas dan semangat kebangsaan lintas negara. Apalagi, dengan semakin derasnya perkembangan sains di era Revolusi Industri 4.0 yang semakin kuat intensi “membunuh Tuhan” melalui perkembangan teknologi.

You might like...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *