Diskusi Paradigma Nusantara berlangsung secara khidmat di Universitas Bhayangakara Jakarta Raya pada tanggal 12 Januari 2023.
Acara ini dimulai dengan penandatanganan MOA antara Peneleh Research Institute dengan FEB Universitas Bhayangkara. Dekan FEB Dr. Istianingsih S, SE, M.S.AK. turut menyambut dan membuka RESIN ke 11. Kemudian, Dr. David Pangaribuan selaku Kaprodi S2 magister akuntansi memberikan sambutan. Dalam sambutannya, bapak Dr. David Pangaribuan memberikan stimulus kepada audiens, “Ada 2 tujuan dari diskusi pada pagi yang cerah ini, yaitu meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan wawasan filsafat ilmu terkait paradigma nusantara dan menjadikan paradigma nusantara sebagai perspektif dalam melakukan penelitian & pengabdian di masyarakat”.
Reklamasi Supremasi Nusantara ini adalah upaya PRI menyadarkan kembali akan pentingnya memiliki paradigma sendiri untuk mencapai Zelfbestur
Ada 2 pemantik utama dalam RESIN ke 11 di Univ. Bhayangkara Jakarta Raya, yaituDr. Ari Dedi Mulawarman dan Dr. Ari Kamayanti.
Acara ini dihadiri lebih dari 80 peserta. Diskusi berjalan hangat dan diwarnai antusias peserta yang hadir. Banyak pertanyaan-pertanyaan yang muncul, salah satunya ialah Nusantara yg bagaimana? Berhijabkan bukan tradisi nusantara, apakah hijab itu sebuah penjajahan? Bagaimana Hegemoni agama terjadi dan menjadi kebenaran?
Ibu Dr. Ari kamayanti menegaskan bahwa, “bagaimana kita berpikir sebagai orang nusantara yang benar-benar asli. Selama ini yang kita lakukan adalah kita orang nusantara tapi cara berpikir kita bukan orang nusantara. Kenapa demikian? Karena kita masih mudah terombang-ambing sehingga mudah dipengaruhi oleh pikiran-pikiran barat. Jadi, temukan jangkar berpikir nusantara yang sesungguhnya sesuai dengan lokalitas berpikir orang nusantara”.
