Hari ini (11/10) Peneleh Research Institut gelar agenda webinar Paradigma Nusantara Perspektif Malaysia. Acara tersebut menghadirkan dua tokoh yang menggerakkan sekaligus menginisiasi paradigma Nusantara, Assoc. Prof. Dr. Aji Dedi Mulawarman dari Indonesia dan Prof. Madya Mohammad Reevany Bustami, Ph.D. dari Malaysia.
Acara yang dipimpin oleh Assoc. Prof. Dr. Ari Kamayanti tersebut berlangsung sejak pukul 19.05 dengan Prof. Madya Mohammad Reevany Bustami, Ph.D. sebagai pembicara pertama.
Dalam paparannya, Prof. Reevany berbicara tentang 7 titik panduan/pedoman Nusantara.
Menurut beliau untuk melakukan nusantanisasi ada 7 pedoman yang harus dilakukan contexualize, intelektualize, spiritualize, actulize, neutralize, re-sysyhemize, de-borderize dan re-organize.
Sedangkan dalam paparannya, Assoc. Prof. Dr. Aji Dedi Mulawarman menyampaikan bahwa ke tujuh pedoman yang dibuat mirip dengan apa yang dilakukan oleh Peneleh Jang Oetama melalui Paradigma Nusantara.
Ketujuh pedoman yang telah dijelaskan tadi, serupa dengan apa yang kita lakukan di Peneleh melalui Paradigma Nusantara. Artinya antara Indonesia dengan Malaysia ada nilai Nusantara yang sudah terbangun dengan baik, jelas Assoc. Prof. Dr. Aji Dedi Mulawarman.
Memang jejak genitis Indonesia Malaysia masih sangat erat sekali.
“Jejak yang masih terhadirkan hingga sekarang adalah bawah sadar genetis yang tak bisa hilang, yaitu bahasa, bendera bercorak merah dan putih, abjad jawi pegon, makanan, lagu, tarian, sarung, dan lainnya”, terang dosen Brawijaya tersebut.
Acara berlangsung kurang lebih 3 jam, dengan diskusi interaktif bersama para peserta webinar. Selain acara ini, akan ada beberapa rangkaian acara Paradigma Nusantara yang akan dilangsungkan oleh PRI dan USM.
